Monday, November 5, 2012

Akulturasi dan Relasi Intercultural


Pengertian Akulturasi  
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

menurut Koentjaraningrat Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

contoh: 
Di Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, di kenal dengan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa. Disana ada seorang chinese yang dapat berbahasa Jawa. Pembaruannya dengan lingkungan ternyata tidak membuatnya meninggalkan kebudayaannya. Ketika ia berbicara dengan sesama chinese, ia menggunakan bahasa cina kembali.


Pengertian Intercultural
Interkultural adalah komunikasi  yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan  yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).

Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.


Akulturasi dan Relasi Intercultural
Jadi terdapat hubungan atau relasi antara akulturasi dengan intercultural. Ada pun salah satunya akulturasi dapat terwujud dengan adanya peran dari intercultural yaitu proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dari proses komunikasi budaya yang berbeda tersebut secara langsung ataupun tidak langsung tercipta akulturasi yaitu Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Singkatnyanya dari komunikasi berbeda budaya menghasilkan perpaduan budaya yang berbeda juga namun tanpa menghilangkan unsur kebudayaan kelompok masing-masing.


sumber:
 http://ayu-febryani.blogspot.com/2011/07/antropologi-budaya-pengertian.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Monday, October 15, 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

Dalam proses sosialisasi yang dialami oleh setiap individu terjadi transfer budaya, nilai-nilai, norma-norma, dan keyakinan pada generasi penerusnya sehingga melekat pada pribadi individudan tercermin melalui perilakunya hingga waktu yang sangat lama. Proses tersebut kita sebut dengan transmisi budaya. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Pada suatu masyarakat

Bentuk – bentuk Transmisi Budaya

Enkulturasi

    Enkulturasi adalah Proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari insttitusi keluarga terutama tokoh ibu.

    Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.
Sosialisasi

    Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

    Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.[5] Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu

    Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
    Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu

Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Awal Pengembangan dan Pengasuhan

Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya.


sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya diakses pada 15 oktober 2012 

Pengertian dan Tujuan dari Psikologi Lintas Budaya dan Hubungannya dengan Disiplin Ilmu Lain



Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, pengaruh lingkungan budaya terhadap perilaku individu. kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan interaksi. pemahaman akan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai sosial
Triandis (1994) mencatat sekurangnya ada tiga ciri dari definisi-definisi budaya yang ada, yakni bahwa budaya terbentuk melalui interaksi yang berkesinambungan yang saling mempengaruhi dan terus menerus berubah (adaptive interactions), merupakan sesuatu yang ada pada seluruh kelompok budaya bersangkutan (shared elements) dan dialihkan dari satu waktu ke waktu berikutnya, dari generasi ke generasi (transmitted accross time periods and generations).
Tujuan
merentangkan toleransi kita ketika berhadapan dengan anggota masyarakat dari budaya yang berbeda dengan kita sendiri. mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik. mengenai hubungan-hubungan di antara psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu lain

1. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.


2. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi
 Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan likngkungannya


3. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
 Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup


Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lain
1. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
 Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya. Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi Indigenous adalah Psikologi lintas budaya berfokus pada membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan oleh komunitas ilmiah di barat—kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat—dan yang dipelajari di timur—kebanyakan negara dunia. Sedangkan Psikologi Indigenous mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas dari budaya tertentu—dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrument guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.

2. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Budaya
 Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi budaya adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.

3. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
 Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan.

sumber:

Sunday, March 18, 2012

Bencana Berpengaruh Terhadap Gangguan Kesehatan Mental


Bencana dapat berpengaruh terhadap aspek psikologis. Beban berat yang harus ditanggung oleh para korban bencana dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental, terutama bagi orang-orang dengan kemampuan manajemen stress yang kurang baik. Pengalaman traumatis merupakan suatu kejadian yang benar-benar di luar kehidupan normal (luar biasa). Kerap kali pengalaman traumatis menyebabkan ketidak sesuai an dengan persepsi kita tentang bagaimana dunia sesuai tatanannya dan bagaimana kita harus berfungsi di dalamnya. Sebuah pengalaman tiba-tiba mengejutkan, yang membuat dia tidak berdaya untuk jangka waktu singkat atau lebih lama. Dan dapat menyebabkan reaksi stres pasca-traumatik atau bahkan gangguan.


Respon terhadap bencana meliputi :
-Respon emosi dan kognitif
-Respon fisiologis                                 
-Respon tingkah laku

Fase-fase Respon Komunitas terkait Bencana

 
Predisaster : normal, dengan atau tanpa warning, bisa ada persiapan.


Impact / inventory perhatian muncul, ada semangat menata kembali sementara merasa tertekan atau bingung atas kejadian bencana ini, tapi kemudian dengan cepat akan pulih dan fokus pada perlindungan untuk dirinya dan orang-orang terdekatnya. Emosi yang muncul berupa ketakutan, tidak berdaya, kehilangan, dislokasi dan kemudian merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang lebih (fase inventory) kemudian terjadi setelah bencana, dimana muncul gambaran awal kondisi individu dan masyarakat.


Heroik : pada fase pertama dan berikutnya, orang merasa terpanggil untuk melakukan aksi heroik seperti menyelamatkan nyawa dan harta orang lain. Altruism (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri) menonjol. Bersedia membantu orang lain untuk bertahan dan pulih.


Honeymoon : biasanya 1 mingggu – 6 bln setelah bencana. Untuk yang terkena langsung biasanya ada strong sense akan bahaya lain, situasi katastropik. Komunitas biasanya ada kohesi dan kerjasama untuk pulih. Bantuan biasanya sudah berjalan lancar, ada harapan yang tinggi untuk cepat pulih. Emosi yang muncul biasanya rasa syukur dan harapan-harapan.
Disillusionment : biasanya 2 bulan – 2 tahun. Realita pemulihan sudah ditetapkan. Orang-orang akan merasa kecewa, frustasi, marah, benci dan kesal jika terjadi kemunduran dan janji bantuan tidak terpenuhi, terlalu sedikit atau terlambat. Lembaga bantuan dan relawan mulai hilang, kelompok masyarakat lokal mulai melemah. Mereka yang paling terkena dampaknya akan sadar bahwa banyak hal yang harus dilakukan sendiri dan kehidupan mereka tidak selalu sama. Perasaan kebersamaan akan mulai hilang karena mulai fokus pada membangun kembali kehidupannya sendiri dan mengatasi masalah individual. Emosi berupa keraguan, kehilangan, kesedihan dan isolasi.


Reconstruction : biasanya berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka yg bertahan fokus pada membangun kembali rumahnya, bisnis, ladang dan kehidupannya. Muncul bangunan-bangunan baru, perkembangan program-program baru, dan rencana meningkatkan kepercayaan dan kebanggan masyarakat dan kemampuan individu untuk membangun kembali. Namun proses ini ada pasang surutnya, misal ada peristiwa-peristiwa lain yang memicu reaksi emosional atau kemajuan yg tertunda.

Dampak Psikologis akibat bencana dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1.      Distres psikologis ringan
Cemas, panik, terlalu waspada ; terjadi natural recovery dalam hitungan hari/minggu, tidak butuh intervensi spesifik ; tampak pada sebagian besar survivor


2.      Distres psikologis sedang 
Cemas menyeluruh, menarik diri, gangguan emosi ; natural recovery dalam waktu yg relatif lebih lama ; dapat berkembang menjadi gangguan mental dan tingkah laku yang berat ; butuh dukungan psikososial untuk natural recovery


3.      Gangguan tingkah laku dan mental yang berat 
Gangguan mental karena trauma atau stress seperti PTSD, depresi, cemas menyeluruh, fobia, dan gangguan disosiasi ; jika tidak dilakukan intervensi sistemik akan mudah menyebar ; butuh dukungan mental dan penanganan oleh mental health professional

Gangguan jiwa adalah gangguan mental yang berat. seseorang mengalami gangguan kesehatan, terutama dari segi kesehatan mental. Ada dua faktor yang boleh menimbulkan terjadinya gangguan jiwa, yaitu Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi. Faktor Predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa, sedangkan Faktor Presipitasi adalah faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada seseorang untuk kali yang pertama.

Faktor Predisposisi
Faktor ini dapat terdiri dari beberapa bagian. Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor yang termasuk kedalam faktor ini:


1. Genetik, sebahagian besar gangguan jiwa disebabkan karena faktor keturunan. Dimana sifat-sifat gangguan jiwa yang akan dialami oleh individu diturunkan oleh orang tua maupun nenek moyang mereka melalui gen dan kromosom dalam sel reproduksi.


2. Faktor Personaliti, telah diketahui sejak lama bahwa kepribadian individu juga berperan besar dalam menyumbang terjadinya gangguan jiwa pada seseorang. Individu yang memiliki kepribadian yang kuat akan cenderung untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi; namun individu yang begitu mengalami kebergantungan terhadap orang lain, maka cenderung untuk mudah mengalami gangguan jiwa karena kepribadiannya rapuh


3. Periode Perkembangan Kritis, keadaan ini juga dapat menyumbang sebagai faktor penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa. Karena selama individu menjalani proses ini, seseorang akan belajar untuk mengenali dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi setiap masalah yang datang untuk dapat diadaptasikan sesuai dengan keadaan yang sehat. Sehingga apabila seseorang tidak mampu mengatasi berbagai stressor yang ada pada periode perkembangan kritis ini akan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan jiwa. 


Faktor Presipitasi
Faktor ini juga terdapat beberapa bagian, yaitu beberapa faktor yang dapat mencetuskan untuk kali pertama sehingga seseorang mengalami gangguan jiwa, diantaranya:
1. Faktor Fisik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari gangguan fisik yang dialami oleh individu sehingga akhirnya menyalami gangguan jiwa. Contohnya adalah terjadinya infeksi pada otak, kecederaan yang dialami oleh otak, toksin atau bahan kimia berbahaya yang menyerang otak, adanya tumor pada otak yang dapat mengganggu fungsi otak, gangguan pada sistem endokrin maupun akibat kekurangan vitamin B1 B12 atau zat besi yang berpengaruh terhadap neurotransmitter di otak. Gangguan mental yang disebabkan oleh faktor ini biasa disebut dengan gangguan mental organik.
2. Faktor Psikis, yaitu faktor-faktor yang berasal dari mental individu yang dialami secara terus-menerus sehingga akhirnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah tidak dapat lagi dipertahankan sehingga akhirnya individu mengalami gangguan jiwa. Faktor Psikis ini dapat terdiri dari: faktor sosio-ekonomi yang senantiasa menjerat individu, krisis yang terus dialami oleh individu, terlalu bergantung terhadap bantuan orang lain adalah diantara faktor psikis yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.
Demikian sekilas uraian tentang sebab-sebab sehingga individu mengalami gangguan jiwa. Tulisan ini adalah opini pribadi penulis, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan dalam tulisan ini, silakan dikoreksi. Semoga bermanfaat.


Prinsip dasar WHO :
·        Persiapan sebelum emergency : sistem koordinasi, rencana darurat, pelatihan
·        Assessment : penilaian kualitatif dan kuantitatif terhadap kebutuhan psikososial dan kesehatan mental
·        Upaya kolaboratif
·        Integrasi dalam primary health care
·        Akses pelayanan untuk semua
·        Pelatihan dan pengawasan (jika tidak terjaga akan menimbulkan masalah baru)
·        Perspektif jangka panjang
·        Indikator pantauan (monitoring indicator)

Fase intervensi (WHO) :
Fase emergency akut : periode dimana kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, keamanan, air dan sanitasi, serta akses ke puskesmas mulai menghilang, akibatnya mortality rate secara kasar meningkat
Fase rekonsolidasi : ketersediaan suplai kebutuhan dasar dibandingkan dengan sebelum emergency

Dalam menangani dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental diperlukan dua intervensi utama, yaitu :
·        Intervensi Sosial
Tersedianya akses terhadap informasi yang bisa dipercaya dan terus menerus mengenai bencana dan upaya-upaya yang berkaitan, memelihara budaya dan acara-acara keagamaan seperti upacara pemakaman, tersedianya akses sekolah dan aktivitas rekreasi normal untuk anak-anak dan remaja, partisipasi dalam komunitas untuk orang dewasa dan remaja, keterlibatan jaringan sosial untuk orang yg terisolasi seperti anak yatim piatu, bersatunya kembali keluarga yang terpisah, shelter dan organisasi komunitas untuk yang tidak punya  tempat tinggal, keterlibatan komunitas dalam kegiatan keagamaan dan fasilitas masyarakat lainnya.

·        Intervensi Psikologis dan Psikiatrik
Terpenuhinya akses untuk pertolongan pertama psikologis pada pelayanan kesehatan dan di komunitas untuk orang-orang yang mengalami distress mental akut, tersedianya pelayanan untuk keluhan psikiatrik di sistem pelayanan kesehatan primer, penanganan yang berkelanjutan untuk individu dengan gangguan psikiatrik yang sudah ada sebelumnya, pemberhentian medikasi tiba-tiba harus dihindari, perlu dibuat perencanaan untuk intervensi psikologis berbasis komunitas pasca bencana.

sumber:


Saturday, March 17, 2012

Psikologi Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah sebuah kontinuum, bersifat relatif karena tiap orang memiliki nilai yang berbeda akibat sifat dasarnya yang unik.
Merriam-Webster menyatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya.
Alexander Schneiders menyatakan bahwa, kesehatan mental adalah suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis.

yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang  yang menentukan apakah orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif atau tidak bersemangat.

Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya, tidaklah mudah. Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-tanda dari kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan. Karenanya seseorang yang terganggu kesehatan mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.

Penyebab gangguan mental itu beragam, ada dari internal seseorang (fisiologis tidak seimbang/rentan, kepribadian, cara mengatasi masalah), ada dari eksternal (perlakuan kekerasan, peristiwa traumatis), ada faktor bawaan (kelainan fisiologis), ada faktor pengasuhan (penelantaran, pemanjaan, pelecehan).
Manusia pada prinsipnya satu kesatuan dengan lingkungan sekitarnya, yang selalu berinteraksi dan mempengaruhi prilaku kesehatan mental manusia. Lingkungan yang sehat dapat menopang kesehatan kesehatan manusia. Namun lingkungan fisik, biologis, dan kimia yang ada di sekitar dapat menjadi hazard dan membahayakan bagi kesehatan fisik maupun mental. Banyak gangguan mental yang dialami masyarakat sebagai akibat dari lingkungan yang tidak baik. Pencegahan terhadap barbagai pengaruh negatif dari lingkungan adalah sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan, khususnya kesehatan mental.

KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT
1.      Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa
2.      Dapat menyesuaikan diri untuk memperoleh kebutuhan dan menghindari stress
3.      memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
4.      Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
5.      Mampu berotonom terhadap dirinya sendiri (mandiri)

karakteristik mental yang tidak sehat? Berikut ini adalah karakteristiknya:
  1. Perasaan tidak nyaman
  2. Perasaan tidak aman
  3. Kurang memahami diri
  4. Kurang memiliki rasa percaya diri
  5. Kurang mengapat kepuasan dalam berhubungan sosial
  6. Ketidakmatangan emosi
  7. kepribadiannya terganggu
  8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf.

FAKTOR INTERNAL
  • ·         Sifat
  • ·         Bakat
  • ·         Keturunan
  • ·         Religi
FAKTOR EKSTERNAL
Faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga, seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.

sumber: