Monday, April 8, 2013

Client Centered Therapy


Definisi
  Clien-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini kemudian lebih di kenal dengan istilah fasilitator (Atkinson dkk, 1993)
Untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang di hadapi, maka diri terapis di perlukan beberapa persyaratan antara lain adalah: empati, rapport, dan ikhlas. Tujuan terapi adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Di samping itu terapi bertujuan membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi, dan meningkatkan spontanitas hidup. 

. Proses dan Prosedur Terapi

Pemahaman dari proses dan prosedur terapi ini dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu:
a. Kondisi-kondisi terapi
Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis dan latihan-latihan khusus tidak menjamin keberhasilan therapy, tetapi sikap-sikap tertentu dari terapis merupakan elemen penting dalam perubahan klien. Sikap tertentu tersebut merupakan Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut:
- Dalam relationship, therapist hendaknya tampil secara. kongruen atau tampil apa  adanya (asli).
- Penghargaan tanpa syarat terhadap pengalaman-pengalaman klien secara positif dan penerimaan secara hangat.
 - Melakukan emphatik secara akurat.
 Dengan kondisi tersebut memungkinkan klien mampu menerima terapis sepenuhnya, di samping terjadinya iklim Therapeutik. Clint Centered juga sering dideskripsikan sebagai konseling, konselor tampak passive, karena kerja konselor hanya mengulang apa yang diucapkan klien sebelumnya, bahkan sering dikatakan sebagai teknik wawancara khusus. Hal ini disebabkan karena mereka melihat permukaannya saja. Ketiga kondisi di atas, tidak terpisah satu dengan yang lain masing-masing saling bergantung dan berhubungan, di samping itu, terdapat beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, seperti sikap badan, ekspresi wajah, nada suara, komentar-komentar yang akurat.
Menurut pandangan pendekatan client centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien. Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri sebab,dengan demikian, terapis tidak akan menjadi sejati.
Hart (1970) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode sebagai berikut:

Periode 1 (1940-1950:       
Psikoterapi nondirektif Pendekatan ini menekankan penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Penerimaan dan klarifikasi menjadi teknik-teknik yang utama. Melalui terapi nondirektif, klien akan mencapai pernahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.

Periode 11 (1950-1957):    
 Psikoterapi reflektif terapis terutama merefieksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungannya dengan kliennya. Melalui terapi reflektif, klien marnpu mengembang kan keselarasan antara konsep diri dan konsep diri yang idealnya.

Periode 111 (1957-1970):    
    Psikoterapi eksperiensial tingkah laku yang luas dari terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasar menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. Terapi difokuskan pada. apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa. yang sedang dialami oleh terapis. Klien tumbuh pada suatu rangkaian keseluruhan. (Continuum) dengan belajar menggunakan apa yang sedang langsung dialami.


No comments:

Post a Comment